SATU
Langkah kaki Dera sudah semakin cepat. Semakin
cepat,semakin cepat dan....... BRUKKK..... Dera menabrak seseorang,dia belum
mengenalnya. Dia belum tau siapa orang itu,ternyata..
“heh,anak baru. Aku ini
kakak kelas kamu. Main tabrak aja”semprot seorang yang ditabrak Dera itu.
“ma-maaf kak... aku gak sengaja” jawab Dera sambil membenarkan kacamatanya.
Dera pun mengambil satu per satu buku yang dibawanya jatuh setelah menabrak
kakak kelas tersebut. Aneh,Dera langsung dilihat oleh mata-mata kanan kirinya.
Dera msih anak baru disini,dia pindahan dari Yogya. Memang Dera terlihat
seperti orang polos tampang tidak berdosa tetapi ia sebenarnya anak yang
cerdas,tanggap dan jarang ada anak yang seperti itu.
“Lo anak baru?” tanya seorang cewek yang sekarang ada dihadapan
Dera.
“Tenang aja,gue anak baik. Lo gak liat dari penampilan gue yang
super duper rapi?” lanjut seorang cewek itu.
“rapi sih,tapi rok kamu jangan terlalukebawah banget.. Nama gue
Dera” jawab Dera sambil berkomentar.
“gue Nia. boleh duduk disini gak?” sahut Nia.
Diselang waktu bercanda tiba-tiba datanglah seorang guru yang
mendekat kearah Dera dan Nia.
“Dera,ada yang mau ketemu kamu. Katanya penting.” Kata pak
Dono,guru BP.
“siapa pak?” tanya Dera.
“bapak belum boleh memberitahukan namanya,karna ini penting.
Cepat ikuti bapak!” tegas pak Dono sambil berjalan keluar kelas.
“Ni,ikut gue dari belakang dongg.. gue kan takut ada apa-apa”
pinta Dera kepada Nia. “tenang aja lah der,oke deh.. gue ikutin lo dari
belakang dan jangan sampe ketahuan pak Dono.” Jawab Nia
Sesampainya di
ruang BP,Dera kaget. Hampir saja asmanya kambuh. “KAMU!!” kata Dera penuh
amarah,kaget yang bukan main. Dera keluar ruangan dengan menangis terisak-isak
dan ia pergi meninggalkan tamu itu. Nia yang kebingungan pun mengejar Dera yang
menangis. Sesampainya di kelas Nia memeluk Dera dan bertanya “siapa tamu itu
Der?” tanya Nia lembut. Dera tidak bisa menjawab,dia hanya bisa melamun akibat
tangisan dasyatnya tadi. Dera terbawa masa lalu dan “itu kakak gue,kakak
kandung gue. Kenapa sih dia datang di kehidupan gue lagi?” sentak Dera,tetesan
air mata Dera kembali menetes. “kenapa lo nangis Der? Kan itu kakak lo,ya boleh
dibilang ganteng sih” jawab Nia datar. “kejadian ini 2 tahun lalu. Perusahaan
papa bangkrut,papa gak tau harus gimana. Mama hilang,entah kemana. Mama pergi
sama Kevin,aku ditinggal sendiri sama papa. Mama pergi gara-gara Kevin berontak
tidak tahan dengan kehidupan sederhana,dia hanya bisa bergantung pada
uang,uang,uang. Padahal perusahaan papa bangkrut karna Mama dan Kevin orang
tidak tahu diri itu!!” berontak Dera sambil membanting apa yang ada di
hadapannya,tas,alat tulis,buku,semuanya dilemparnya. Meja didorong sekuat
tenaga,untuk pelampiasan keamarahan Dera. “udah Der,jangan terlalu gitu.
Mungkin ada waktu untuk berbicara tenang sama kakak lo,karna lo masih belum
nerima ini.” Nasehat Nia. “sekarang apa mau dia? Apa lagi? Setelah gue sama
papa kerja keras dan akhirnya perusahaan papa kembali normal,kenapa dia balik
lagi? Apa dia mau bangkrutin perusahaan papa lagi? Dan kalau udah bangkrut dia
ninggalin lagi? Dasar bodoh,aku gak sebodoh yang dia pikirin. Aku lebih bisa
menerima daripada dia yang kerjanya cuma berontak!!” Amarah Dera semakin menyala,kini
ia menangis sekencang-kencangnya dan hanya bisa terpeluk oleh Nia. Tiba-tiba
bel sekolah berbunyi tanda pelajaran dimulai. Pak Firdaus,guru fisika masuk ke
kelas. “selamat pagi semuanya..” sapa pak Firdaus. “pagi pak...” jawab
anak-anak serentak. “Dera kenapa kamu nangis? Apa kamu sakit?” tanya pak
Firdaus. “enggak pak,saya cuma agak kedinginan aja,kemaren meriang pak” jawab
Dera. Nia tahu kalau Dera berbohong. Seratus persen bahkan seribu persen pun ia
percaya bahwa Dera berbohong. Pelajaran demi pelajaran silih berganti sampai
jam ketiga,suara bel sekolah berbunyi tanda istirahat. Dera hanya membaca komik
Jepang dikelas,Nia hanya membaca buku-buku novel yang telah dibelinya kemarin
sore. “Nia,ayo kekantin gue laper nih...” pinta Dera. “uang gue harus
diirit,kemaren udah beli novel. Jadi,gue gak bisa jajan disekolah hari ini”
jawab Nia dingin. “iyadeh,gue traktir” jawab Dera. “asik nih...” jawab Nia
bersemangat.
Sesampainya di
Kantin,Dera menyuruh Nia mencari tempat untuk makan. “lo mau apa Ni?” tanya
Dera. “apa ya? Bingung aku? Bakso,nasi goreng,pangsit,gado-gado? Semuanya
enak,sama kaya lo aja deh” jawab Nia. Tanpa mabil pusing Dera langsung pergi ke
tempat penjualnya. “bu,beli nasi gorengnya 2 sama jus melon 2 ya buk...” kata
Dera. “anak baru itu lagi? Ngapain lagi dia?”. “berapa
semuanya buk?” tanya Dera. “dua puluh ribu nak,nanti makanannya dianter” jawab
ibu kantin tersebut. Dera menyodorkan lembaran dua puluh ribu dan mengucapkan
terima kasih kepada ibu itu lalu kembali mencari bangku yang dicarikan Nia.
Setelah bertemu tempat itu Dera kembali duduk dan bertanya-tanya tentang anak
yang ada dikelas,sifat,hobi.. sekedar ingin tau dan ingin lebih dekat,itulah
alasan mengapa Dera bertanya seperti ini kepada Nia. “ini pesenannya” kata
seorang cowok yang memberi makanan ke Nia dan Dera. Dera menoleh ke arah cowok
itu,ingin bilang terima kasih. Waktu Dera menatap mata cowok itu “oh,God..
Kenapa kamu lagi?” perkataan Dera itu sangat datar dan dingin. Cowok itu
langsung pergi meninggalkan meja Dera dan Nia tanpa bicara sepatah katapun. “lo
kenal dia?” tanya Nia. Yang ditanya diam saja,hanya meminum jus dan nasi
gorengnya tidak disentuh. Dera beranjak pergi,mungkin untuk menenangkan
perasaannya. “biarin
aja deh Dera pergi,mungkin dia perlu waktu sendiri” batin Nia.
Nia pun melanjutkan makannya.
“lagi nggalau
neng?” kata seorang cowok dari arah belakang Dera. “eh,kakak. Kakak gak marah
sama aku lagi?” tanya Dera. “enggaklah,itu kejadian tadi. Kenalin,aku Fino”
jawabnya sambil mengulurkan tangan. “ohh,namaku Tesalonika Sandera,dipanggil
Dera” jawab Dera sambil menjawab uluran tangan kak Fino tersebut. “apa benar ini Dera? Dera gadis yang tertolong superman itu?”. Mereka
berdua bercanda,diseling bercanda,Fino meminta nomor HP Dera,Dera tak basa basi
memberi nomor Hpnya. Bel berbunyi,tanda istirahat sudah berahir dan pelajaran
akan dilanjutkan. “kak,makasih ya kakak udah nemenin aku. Kalo kakak butuh
bantuan bilang aku aja.” Ucap Dera. “biasa aja dek,eh.. pulang sekolah kakak
mau ngajak kamu ke toko buku sambil makan siang bisa gak?” tanya Fino. “bisa
kak,nanti sms aku ya.. tunggu di depan gerbang aja” jawab Dera sambil melangkah
pergi. “Kamu inget gak Dera?
aku Fino,temen masa kecil kamu” batin Fino. Fino sekarang sudah
beranjak pergi meninggalkan tempat duduk dan kembali ke kelas dengan senyum
kegembiraan.
DUA
“Gak bisa
pah,gak bisa. Mama udah sakit keras. butuh pertolongan papa,mama harus dibawa
kerumah sakit. Kalo enggak,nyawa mama terancam.” “berapa uang yang kamu
butuhkan?” “sekitar 75 juta untuk biaya pengobatan dan operasi” “ini cek,jangan
bilang pada Dera.”
***
PLAKK... “siapa yang berani ndeketin Fino ini akibatnya” kata
seorang cewek perpenampilan gaya orang yang kurang sopan,baju dikeluarkan.
“jadi,ini permulaan lo? Memangnya lo siapa? Main tampar orang aja,TAHU DIRI!”
tegas Dera. “gue? Gue Nasya calon pacarnya Fino. Kenapa?” jawab Nasya. “calon?
Iya kalo Fino suka,kalo enggak gimana? Penampilan lo itu gak sepantasnya. Buruk
banget tau gak?” jawab Dera dengan nada tinggi dan pergi meninggalkan cewek itu
meskipun dia kakak kelasnya.
***
“bagaimana dok keadaan mama saya?” tanya Kevin. “keadaannya
memburuk,lusa harus segera di operasi. Jika tidak,nyawa mama anda tidak bisa
ditolong lagi” ucap dokter. “lakukan yang terbaik untuk mama saya!” tegas Kevin
lalu pergi meninggalkan Dokter dan kembali menengok mamanya.
***
Dera memilih-milih komik yang sekarang terjual dengan harga
miring. Jadi Dera bisa membeli komik sebanyak
3 atau 4 komik sekaligus. Fino menatap Dera sungguh-sungguh dan dia
mengingat kejadian masa kecilnya bercanda dengan Dera. “apa Dera ingat kalo aku temen masa
kecilnya? Ini memang salahku,mungkin perlu waktu untuk mengingatnya. Tapi gak
bisa,harus hari ini!!” batin Fino “eh,kak.. kakak udah milih buku
belum? Aku laper nih. Makan siang yuk,aku bayar di kasir dulu ya” ucap Dera
yang membuat Fino agak kaget dan kembali ke dunianya,di dunia nyata. Bukan
dunia lamunan. Setelah menunggu Dera membayar di kasir,Fino dan Dera pergi ke
foodcourt dekat toko buku. Dera yang menunggu pesanan dan asyik membaca komik
tiba-tiba Fino bertanya kepada Dera “ehm,Der. Kamu inget temen masa kecil kamu
gak? Yang suka bercanda sama kamu. Iya,namanya Fino kan? Aku Fino superman itu.
Kamu inget gak dulu kita main superman,aku nolong kucing kamu. Inget gak?”
tanya Fino dengan percaya. “Fin-Fino.” Dera tergugup dan mencairlah air mata
Dera mengingat kejadian itu. “kenapa kamu pergi? KENAPA? Kamu gak bilang ke aku
kalo kamu bakal pindah ke Amrik. Kenapa kamu datang tiba-tiba disaat waktu kaya
gini Fin? Apakah itu harus?” sambungnya. “ini semua karna takdir Dera” jawab
Fino lembut. Dera yang hatinya terluka,teriris dan terluka karna semua
itu,sekarang ia pergi meninggalkan Fino. Ia tidak tahu harus kearah mana,ia
masih lupa dengan jalan di kota ini. Sangat lupa! Itu semua karna pikiran Dera
masih terbawa ke mana-mana.
“lo ngapain ngegembel disini. Cepet
masuk!” kata seorang cowok yang membuka kaca mobilnya. Dera langsung masuk ke
mobil itu. Dera tau cowok itu,tadi pagi Dera bertengkar dengan cowok
itu,gara-gara Dera yang melamun berjalan dan hampir tertabrak mobil cowok itu.
Farhan,nama cowok itu. “lo kenapa nangis? Kaya anak kecil aja..” kata
Farhan,nada cuek dan tidak peduli. “itu gara gara Fino....” sebenarnya Dera
ingin melanjutkan bercerita tetapi ia tak tahan,ia menangis
sekencang-kencangnya. Ia tak bisa menahan kesedihan hatinya itu. “udah,gak usah
nangis. Cengeng amat sih lo,laper gak? Gue laper nih,ke restoran dulu yuk.”
ajak Farhan dan Farhan pun mengencangkan gas mobilnya itu. Setibanya di
restoran,Fino memesan sup kerang,sushi dan lemon tea. Memang,lapar Dera sudah
tak tertahankan,tangisan dera lama kelamaan sudah mengering. Ia hanya duduk
diam disitu,tidak ada percakapan antara Dera dan Farhan sama sekali. Seusai
makan,Farhan mengajak Dera pergi dari situ dan akhirnya Dera memberanikan diri
untuk bicara. “lo gak bayar pesenannya?” tanya Dera. “ngapain bayar? Itukan
restoran mama gue.” Jawab Farhan. Lagi dan lagi,nadanya cuek dan terlalu datar.
Sebenarnya Dera kaget,restoran
terkenal itu adalah restoran milik mama Farhan,tapi Dera tidak mau ambil
pusing. Ia hanya beranjak pergi dari restoran itu dan mengikuti Farhan yang
masuk ke mobil. “rumah lo dimana?” tanya Farhan cuek. “di perumahan GREENHOUSE”
jawab Dera dingin. Farhan menancapkan gas dan mulai beranjak pergi dari
restoran itu. Ketika Dera menatap wajah Farhan,terlihat jelas dari samping
bahwa dilihat dari wajahnya memang benar-benar cuek. Saat Farhan menangkap tatapan
Dera ia langsung salah tingkah dan langsung menatap lurus kearah jalan. Sesampainya
di perumahan GREENHOUSE Farhan menanyakan nomor rumah Dera. “nomor dua belas”
ucap Dera datar. Tibalah dirumah Dera,rumah yang besar. Terlihat lantai tiga
dan berkelas. Dera memang anak kaya,dan dia juga ikut berusaha membesarkan
perusahaan papanya yang telah bangkut karna mama dan Kevin,kakaknya.
“makasih” ucapan Dera masih terlihat
seperti habis menangis. “iya sama-sama. Jangan nangis dong,nanti gak cantik
lagi. just kidding!!!” canda Farhan. Dera tertawa kecil dan mobil Farhan pergi
meninggalkan rumah Dera. “aku
salah,dia gak begitu cuek. Masih bisa
diajak bercanda” batin Dera sewaktu ia berjalan menuju pintu
rumahnya. Dia tidak bisa melupakan kejadian masa kecilnya itu,memang hanya
masalah kecil,tetapi tidak bisa terlupakan oleh Dera walau ia sudah beranjak
SMA. Dera menuju lantai dua,dikamarnya. Ia membaca komik yang sudah dibelinya
tadi bersama Fino. Sebenarnya,dia risih dengan rambut panjangnya,apalagi poni.
Poni yang sudah menutupi matanya membuat Dera kesusahan membaca komik Jepang.
Bik Inah adalah pembantu di rumah
Dera,kini ia sudah sepuh. Dera terbiasa membantu bik Inah bila bik Inah
terlihat capek.
“non ini rotinya,bibi mau nyuci baju
dulu ya”
“gak usah bik,nanti Dera cuci
sendiri bajunya. Bik Inah tidur aja dulu”
“gak papa non,tanggung...”
“gak usah bik,nanti bik Inah sakit.
Gak ada temennya dong...”
Bik inah hanya menuruti kata Dera
saja. Maklum,kadang Dera berbicara dengan nada tinggi bila Dera sudah mulai
emosi. Tapi,yang Dera lakukan itu karna Dera sayang dengan pembantunya itu. Ia
menanggap bahwa pembantunya itu adalah mamanya sendiri. Bukan seperti mama
kandungnya itu yang selalu membuat papanya kesusahan. Mungkin masih ada dendam
tersendiri dari Dera untuk mama dan Kevin kakaknya itu.
Seusai membaca komik dan memakan
roti buatan bik Inah,Dera mencuci pakaian. Dera merasa bahwa bik Inah adalah
pahlawan,dulu sewaktu perusahaan papa Dera bangkrut,Bik Inah selalu menemani
Dera. beliau tetap bekerja walau diberi gaji hanya minim untuk pembantu tetapi
bik Inah menerima apa adanya sesuai dengan apa yang dihasilkan dari usaha papa
Dera dan Dera.
***
Fino masih memikirkan bagaimana
keadaan Dera,ia tidak tahu harus berbuat apa. Fino tahu kalau Dera masih berada
baru di kota ini. Dera belum tahu betul dengan jalan yang ada,bagaimana bisa
Dera pulang sampai ke rumah? Seingatnya,Dera tidak suka naik kendaraan umum
kecuali taxi. Bemo,becak,delman,ojek itu hanya membuatnya risih. Ia hanya
terbiasa menaiki mobilnya sendiri atau nebeng dengan temannya. Fino kebingungan
di jalan,ia harus mencari Dera kemana. Apapun yang terjadi,itu kan salah Fino.
Yang sekarang ada dipikirannya adalah.............
TIGA
Seperti suara mobil ada di depan
rumah sesorang. Fino masih meragukan rumah itu,ia masih pangling dengan masa
kecilnya. Seingatnya,rumah Dera terletak disini. Fino memberanikan diri untuk
memencet bel dekat pagar rumah yang ia anggap itu masih rumah Dera. datanglah
seorang wanita sepuh mendekatinya.
“apa benar ini rumah Dera?”
“Dera? Sandera?”
“iya benar,ibu eh nenek tau
keberadaan dia sekarang?”
“sudah lama rumah ini dijual,nenek
yang membelinya. Seingat nenek Sandera hanya meninggalkan kotak. Nenek belum
berani membuka kotak itu,Sandera bilang kalau ada temannya dari Amerika tolong
diberi”
“saya temannya yang dari Amerika.
Memangnya papa Sandera menjual rumah ini kenapa ya nek?”
“perusahaan papa Sandera
bangrut,nenek sangat kasihan dengan Sandera. Sebenarnya dia tidak mau
meninggalkan rumah ini. Sandera hanya ingin temannya dari Amerika datang
kesini. Sebentar nenek ambilkan kotak itu.”
Hati Fino tertegun dengan kata-kata
yang terucap oleh nenek itu. Tapi kenapa sekarang Dera menangis ketika melihat
aku? Apa aku juga salah telah datang di kehidupannya lagi? pertanyaan itu
seakan-akan memutari otak Fino. Hanya itu pertanyaannya,dan itu butuh jawaban.
Saat nenek itu memberi kotak itu dan alamat rumah Dera yang sekarang,Fino tidak
langsung membukanya. Ia pamit kepada nenek itu dan pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah ia membuka
kotak yang berdebu tebal,kotak itu terbungkus kotak kado yang berwarna pink
kusam. Saat membuka kotak itu,Fino kaget dengan barang-barang itu. Tanpa
basa-basi Fino langsung mencari kunci mobilnya,beranjak pergi dari rumah. Ia
sekarang tahu,Dera kemana perginya.
Langkah Fino semakin cepat,ia pergi
ke tujuan yang ia tahu itu adalah tempat Dera meletakkan curahan hatinya. Di
taman kota,hari ini taman kota sepi. Hari senin kebanyakan orang-orang sibuk
dengan pekerjaannya.
*******
Dera mulai lelah karna mencuci
baju,kini ia ingin merefleksikan diri. Ia berjalan ke taman kota,ia tidak
peduli seberapa jauhnya taman itu. Ia ingin mati hari itu juga,karna ia sangat
kecewa dengan teman masa kecilnya itu. Walau masih terasa rindu,ia tidak
peduli.
“aku tau kamu kalo kecewa pasti
kesini” suara Fino yang tiba-tiba mengagetkan Dera
“kenapa sih kamu ngikutin aku terus?
Aku gak mau ketemu kamu,aku itu udah benci sama kamu. Ngerti!” bentak Dera
“Der,kenapa sih kamu tega sama aku?
bersambung.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar