Sabtu, 07 September 2013

CERPEN PERTAMA ADIKKU "NIKEN NATHANIA" :')


SATU
Langkah kaki Dera sudah semakin cepat. Semakin cepat,semakin cepat dan....... BRUKKK..... Dera menabrak seseorang,dia belum mengenalnya. Dia belum tau siapa orang itu,ternyata..
 “heh,anak baru. Aku ini kakak kelas kamu. Main tabrak aja”semprot seorang yang ditabrak Dera itu. “ma-maaf kak... aku gak sengaja” jawab Dera sambil membenarkan kacamatanya. Dera pun mengambil satu per satu buku yang dibawanya jatuh setelah menabrak kakak kelas tersebut. Aneh,Dera langsung dilihat oleh mata-mata kanan kirinya. Dera msih anak baru disini,dia pindahan dari Yogya. Memang Dera terlihat seperti orang polos tampang tidak berdosa tetapi ia sebenarnya anak yang cerdas,tanggap dan jarang ada anak yang seperti itu.
“Lo anak baru?” tanya seorang cewek yang sekarang ada dihadapan Dera.
“Tenang aja,gue anak baik. Lo gak liat dari penampilan gue yang super duper rapi?” lanjut seorang cewek itu.
“rapi sih,tapi rok kamu jangan terlalukebawah banget.. Nama gue Dera” jawab Dera sambil berkomentar.
“gue Nia. boleh duduk disini gak?” sahut Nia.
Diselang waktu bercanda tiba-tiba datanglah seorang guru yang mendekat kearah Dera dan Nia.
“Dera,ada yang mau ketemu kamu. Katanya penting.” Kata pak Dono,guru BP.
“siapa pak?” tanya Dera.
“bapak belum boleh memberitahukan namanya,karna ini penting. Cepat ikuti bapak!” tegas pak Dono sambil berjalan keluar kelas.
“Ni,ikut gue dari belakang dongg.. gue kan takut ada apa-apa” pinta Dera kepada Nia. “tenang aja lah der,oke deh.. gue ikutin lo dari belakang dan jangan sampe ketahuan pak Dono.” Jawab Nia
            Sesampainya di ruang BP,Dera kaget. Hampir saja asmanya kambuh. “KAMU!!” kata Dera penuh amarah,kaget yang bukan main. Dera keluar ruangan dengan menangis terisak-isak dan ia pergi meninggalkan tamu itu. Nia yang kebingungan pun mengejar Dera yang menangis. Sesampainya di kelas Nia memeluk Dera dan bertanya “siapa tamu itu Der?” tanya Nia lembut. Dera tidak bisa menjawab,dia hanya bisa melamun akibat tangisan dasyatnya tadi. Dera terbawa masa lalu dan “itu kakak gue,kakak kandung gue. Kenapa sih dia datang di kehidupan gue lagi?” sentak Dera,tetesan air mata Dera kembali menetes. “kenapa lo nangis Der? Kan itu kakak lo,ya boleh dibilang ganteng sih” jawab Nia datar. “kejadian ini 2 tahun lalu. Perusahaan papa bangkrut,papa gak tau harus gimana. Mama hilang,entah kemana. Mama pergi sama Kevin,aku ditinggal sendiri sama papa. Mama pergi gara-gara Kevin berontak tidak tahan dengan kehidupan sederhana,dia hanya bisa bergantung pada uang,uang,uang. Padahal perusahaan papa bangkrut karna Mama dan Kevin orang tidak tahu diri itu!!” berontak Dera sambil membanting apa yang ada di hadapannya,tas,alat tulis,buku,semuanya dilemparnya. Meja didorong sekuat tenaga,untuk pelampiasan keamarahan Dera. “udah Der,jangan terlalu gitu. Mungkin ada waktu untuk berbicara tenang sama kakak lo,karna lo masih belum nerima ini.” Nasehat Nia. “sekarang apa mau dia? Apa lagi? Setelah gue sama papa kerja keras dan akhirnya perusahaan papa kembali normal,kenapa dia balik lagi? Apa dia mau bangkrutin perusahaan papa lagi? Dan kalau udah bangkrut dia ninggalin lagi? Dasar bodoh,aku gak sebodoh yang dia pikirin. Aku lebih bisa menerima daripada dia yang kerjanya cuma berontak!!” Amarah Dera semakin menyala,kini ia menangis sekencang-kencangnya dan hanya bisa terpeluk oleh Nia. Tiba-tiba bel sekolah berbunyi tanda pelajaran dimulai. Pak Firdaus,guru fisika masuk ke kelas. “selamat pagi semuanya..” sapa pak Firdaus. “pagi pak...” jawab anak-anak serentak. “Dera kenapa kamu nangis? Apa kamu sakit?” tanya pak Firdaus. “enggak pak,saya cuma agak kedinginan aja,kemaren meriang pak” jawab Dera. Nia tahu kalau Dera berbohong. Seratus persen bahkan seribu persen pun ia percaya bahwa Dera berbohong. Pelajaran demi pelajaran silih berganti sampai jam ketiga,suara bel sekolah berbunyi tanda istirahat. Dera hanya membaca komik Jepang dikelas,Nia hanya membaca buku-buku novel yang telah dibelinya kemarin sore. “Nia,ayo kekantin gue laper nih...” pinta Dera. “uang gue harus diirit,kemaren udah beli novel. Jadi,gue gak bisa jajan disekolah hari ini” jawab Nia dingin. “iyadeh,gue traktir” jawab Dera. “asik nih...” jawab Nia bersemangat.
            Sesampainya di Kantin,Dera menyuruh Nia mencari tempat untuk makan. “lo mau apa Ni?” tanya Dera. “apa ya? Bingung aku? Bakso,nasi goreng,pangsit,gado-gado? Semuanya enak,sama kaya lo aja deh” jawab Nia. Tanpa mabil pusing Dera langsung pergi ke tempat penjualnya. “bu,beli nasi gorengnya 2 sama jus melon 2 ya buk...” kata Dera. anak baru itu lagi? Ngapain lagi dia?”. “berapa semuanya buk?” tanya Dera. “dua puluh ribu nak,nanti makanannya dianter” jawab ibu kantin tersebut. Dera menyodorkan lembaran dua puluh ribu dan mengucapkan terima kasih kepada ibu itu lalu kembali mencari bangku yang dicarikan Nia. Setelah bertemu tempat itu Dera kembali duduk dan bertanya-tanya tentang anak yang ada dikelas,sifat,hobi.. sekedar ingin tau dan ingin lebih dekat,itulah alasan mengapa Dera bertanya seperti ini kepada Nia. “ini pesenannya” kata seorang cowok yang memberi makanan ke Nia dan Dera. Dera menoleh ke arah cowok itu,ingin bilang terima kasih. Waktu Dera menatap mata cowok itu “oh,God.. Kenapa kamu lagi?” perkataan Dera itu sangat datar dan dingin. Cowok itu langsung pergi meninggalkan meja Dera dan Nia tanpa bicara sepatah katapun. “lo kenal dia?” tanya Nia. Yang ditanya diam saja,hanya meminum jus dan nasi gorengnya tidak disentuh. Dera beranjak pergi,mungkin untuk menenangkan perasaannya. “biarin aja deh Dera pergi,mungkin dia perlu waktu sendiri” batin Nia. Nia pun melanjutkan makannya.
            “lagi nggalau neng?” kata seorang cowok dari arah belakang Dera. “eh,kakak. Kakak gak marah sama aku lagi?” tanya Dera. “enggaklah,itu kejadian tadi. Kenalin,aku Fino” jawabnya sambil mengulurkan tangan. “ohh,namaku Tesalonika Sandera,dipanggil Dera” jawab Dera sambil menjawab uluran tangan kak Fino tersebut. “apa benar ini Dera? Dera gadis yang tertolong superman itu?”. Mereka berdua bercanda,diseling bercanda,Fino meminta nomor HP Dera,Dera tak basa basi memberi nomor Hpnya. Bel berbunyi,tanda istirahat sudah berahir dan pelajaran akan dilanjutkan. “kak,makasih ya kakak udah nemenin aku. Kalo kakak butuh bantuan bilang aku aja.” Ucap Dera. “biasa aja dek,eh.. pulang sekolah kakak mau ngajak kamu ke toko buku sambil makan siang bisa gak?” tanya Fino. “bisa kak,nanti sms aku ya.. tunggu di depan gerbang aja” jawab Dera sambil melangkah pergi. “Kamu inget gak Dera? aku Fino,temen masa kecil kamu” batin Fino. Fino sekarang sudah beranjak pergi meninggalkan tempat duduk dan kembali ke kelas dengan senyum kegembiraan.



DUA
 Gak bisa pah,gak bisa. Mama udah sakit keras. butuh pertolongan papa,mama harus dibawa kerumah sakit. Kalo enggak,nyawa mama terancam.” “berapa uang yang kamu butuhkan?” “sekitar 75 juta untuk biaya pengobatan dan operasi” “ini cek,jangan bilang pada Dera.”
                                                          ***
PLAKK... “siapa yang berani ndeketin Fino ini akibatnya” kata seorang cewek perpenampilan gaya orang yang kurang sopan,baju dikeluarkan. “jadi,ini permulaan lo? Memangnya lo siapa? Main tampar orang aja,TAHU DIRI!” tegas Dera. “gue? Gue Nasya calon pacarnya Fino. Kenapa?” jawab Nasya. “calon? Iya kalo Fino suka,kalo enggak gimana? Penampilan lo itu gak sepantasnya. Buruk banget tau gak?” jawab Dera dengan nada tinggi dan pergi meninggalkan cewek itu meskipun dia kakak kelasnya.
                                                        ***
“bagaimana dok keadaan mama saya?” tanya Kevin. “keadaannya memburuk,lusa harus segera di operasi. Jika tidak,nyawa mama anda tidak bisa ditolong lagi” ucap dokter. “lakukan yang terbaik untuk mama saya!” tegas Kevin lalu pergi meninggalkan Dokter dan kembali menengok mamanya.
                                                         ***
Dera memilih-milih komik yang sekarang terjual dengan harga miring. Jadi Dera bisa membeli komik sebanyak  3 atau 4 komik sekaligus. Fino menatap Dera sungguh-sungguh dan dia mengingat kejadian masa kecilnya bercanda dengan Dera. “apa Dera ingat kalo aku temen masa kecilnya? Ini memang salahku,mungkin perlu waktu untuk mengingatnya. Tapi gak bisa,harus hari ini!!” batin Fino “eh,kak.. kakak udah milih buku belum? Aku laper nih. Makan siang yuk,aku bayar di kasir dulu ya” ucap Dera yang membuat Fino agak kaget dan kembali ke dunianya,di dunia nyata. Bukan dunia lamunan. Setelah menunggu Dera membayar di kasir,Fino dan Dera pergi ke foodcourt dekat toko buku. Dera yang menunggu pesanan dan asyik membaca komik tiba-tiba Fino bertanya kepada Dera “ehm,Der. Kamu inget temen masa kecil kamu gak? Yang suka bercanda sama kamu. Iya,namanya Fino kan? Aku Fino superman itu. Kamu inget gak dulu kita main superman,aku nolong kucing kamu. Inget gak?” tanya Fino dengan percaya. “Fin-Fino.” Dera tergugup dan mencairlah air mata Dera mengingat kejadian itu. “kenapa kamu pergi? KENAPA? Kamu gak bilang ke aku kalo kamu bakal pindah ke Amrik. Kenapa kamu datang tiba-tiba disaat waktu kaya gini Fin? Apakah itu harus?” sambungnya. “ini semua karna takdir Dera” jawab Fino lembut. Dera yang hatinya terluka,teriris dan terluka karna semua itu,sekarang ia pergi meninggalkan Fino. Ia tidak tahu harus kearah mana,ia masih lupa dengan jalan di kota ini. Sangat lupa! Itu semua karna pikiran Dera masih terbawa ke mana-mana.
“lo ngapain ngegembel disini. Cepet masuk!” kata seorang cowok yang membuka kaca mobilnya. Dera langsung masuk ke mobil itu. Dera tau cowok itu,tadi pagi Dera bertengkar dengan cowok itu,gara-gara Dera yang melamun berjalan dan hampir tertabrak mobil cowok itu. Farhan,nama cowok itu. “lo kenapa nangis? Kaya anak kecil aja..” kata Farhan,nada cuek dan tidak peduli. “itu gara gara Fino....” sebenarnya Dera ingin melanjutkan bercerita tetapi ia tak tahan,ia menangis sekencang-kencangnya. Ia tak bisa menahan kesedihan hatinya itu. “udah,gak usah nangis. Cengeng amat sih lo,laper gak? Gue laper nih,ke restoran dulu yuk.” ajak Farhan dan Farhan pun mengencangkan gas mobilnya itu. Setibanya di restoran,Fino memesan sup kerang,sushi dan lemon tea. Memang,lapar Dera sudah tak tertahankan,tangisan dera lama kelamaan sudah mengering. Ia hanya duduk diam disitu,tidak ada percakapan antara Dera dan Farhan sama sekali. Seusai makan,Farhan mengajak Dera pergi dari situ dan akhirnya Dera memberanikan diri untuk bicara. “lo gak bayar pesenannya?” tanya Dera. “ngapain bayar? Itukan restoran mama gue.” Jawab Farhan. Lagi dan lagi,nadanya cuek dan terlalu datar.
Sebenarnya Dera kaget,restoran terkenal itu adalah restoran milik mama Farhan,tapi Dera tidak mau ambil pusing. Ia hanya beranjak pergi dari restoran itu dan mengikuti Farhan yang masuk ke mobil. “rumah lo dimana?” tanya Farhan cuek. “di perumahan GREENHOUSE” jawab Dera dingin. Farhan menancapkan gas dan mulai beranjak pergi dari restoran itu. Ketika Dera menatap wajah Farhan,terlihat jelas dari samping bahwa dilihat dari wajahnya memang benar-benar cuek. Saat Farhan menangkap tatapan Dera ia langsung salah tingkah dan langsung menatap lurus kearah jalan. Sesampainya di perumahan GREENHOUSE Farhan menanyakan nomor rumah Dera. “nomor dua belas” ucap Dera datar. Tibalah dirumah Dera,rumah yang besar. Terlihat lantai tiga dan berkelas. Dera memang anak kaya,dan dia juga ikut berusaha membesarkan perusahaan papanya yang telah bangkut karna mama dan Kevin,kakaknya.
“makasih” ucapan Dera masih terlihat seperti habis menangis. “iya sama-sama. Jangan nangis dong,nanti gak cantik lagi. just kidding!!!” canda Farhan. Dera tertawa kecil dan mobil Farhan pergi meninggalkan rumah Dera. “aku salah,dia gak begitu cuek. Masih bisa diajak bercanda” batin Dera sewaktu ia berjalan menuju pintu rumahnya. Dia tidak bisa melupakan kejadian masa kecilnya itu,memang hanya masalah kecil,tetapi tidak bisa terlupakan oleh Dera walau ia sudah beranjak SMA. Dera menuju lantai dua,dikamarnya. Ia membaca komik yang sudah dibelinya tadi bersama Fino. Sebenarnya,dia risih dengan rambut panjangnya,apalagi poni. Poni yang sudah menutupi matanya membuat Dera kesusahan membaca komik Jepang.
Bik Inah adalah pembantu di rumah Dera,kini ia sudah sepuh. Dera terbiasa membantu bik Inah bila bik Inah terlihat capek.
“non ini rotinya,bibi mau nyuci baju dulu ya”
“gak usah bik,nanti Dera cuci sendiri bajunya. Bik Inah tidur aja dulu”
“gak papa non,tanggung...”
“gak usah bik,nanti bik Inah sakit. Gak ada temennya dong...”
Bik inah hanya menuruti kata Dera saja. Maklum,kadang Dera berbicara dengan nada tinggi bila Dera sudah mulai emosi. Tapi,yang Dera lakukan itu karna Dera sayang dengan pembantunya itu. Ia menanggap bahwa pembantunya itu adalah mamanya sendiri. Bukan seperti mama kandungnya itu yang selalu membuat papanya kesusahan. Mungkin masih ada dendam tersendiri dari Dera untuk mama dan Kevin kakaknya itu.
Seusai membaca komik dan memakan roti buatan bik Inah,Dera mencuci pakaian. Dera merasa bahwa bik Inah adalah pahlawan,dulu sewaktu perusahaan papa Dera bangkrut,Bik Inah selalu menemani Dera. beliau tetap bekerja walau diberi gaji hanya minim untuk pembantu tetapi bik Inah menerima apa adanya sesuai dengan apa yang dihasilkan dari usaha papa Dera dan Dera.
                                                            ***
Fino masih memikirkan bagaimana keadaan Dera,ia tidak tahu harus berbuat apa. Fino tahu kalau Dera masih berada baru di kota ini. Dera belum tahu betul dengan jalan yang ada,bagaimana bisa Dera pulang sampai ke rumah? Seingatnya,Dera tidak suka naik kendaraan umum kecuali taxi. Bemo,becak,delman,ojek itu hanya membuatnya risih. Ia hanya terbiasa menaiki mobilnya sendiri atau nebeng dengan temannya. Fino kebingungan di jalan,ia harus mencari Dera kemana. Apapun yang terjadi,itu kan salah Fino. Yang sekarang ada dipikirannya adalah.............
TIGA
Seperti suara mobil ada di depan rumah sesorang. Fino masih meragukan rumah itu,ia masih pangling dengan masa kecilnya. Seingatnya,rumah Dera terletak disini. Fino memberanikan diri untuk memencet bel dekat pagar rumah yang ia anggap itu masih rumah Dera. datanglah seorang wanita sepuh mendekatinya.
“apa benar ini rumah Dera?”
“Dera? Sandera?”
“iya benar,ibu eh nenek tau keberadaan dia sekarang?”
“sudah lama rumah ini dijual,nenek yang membelinya. Seingat nenek Sandera hanya meninggalkan kotak. Nenek belum berani membuka kotak itu,Sandera bilang kalau ada temannya dari Amerika tolong diberi”
“saya temannya yang dari Amerika. Memangnya papa Sandera menjual rumah ini kenapa ya nek?”
“perusahaan papa Sandera bangrut,nenek sangat kasihan dengan Sandera. Sebenarnya dia tidak mau meninggalkan rumah ini. Sandera hanya ingin temannya dari Amerika datang kesini. Sebentar nenek ambilkan kotak itu.”
Hati Fino tertegun dengan kata-kata yang terucap oleh nenek itu. Tapi kenapa sekarang Dera menangis ketika melihat aku? Apa aku juga salah telah datang di kehidupannya lagi? pertanyaan itu seakan-akan memutari otak Fino. Hanya itu pertanyaannya,dan itu butuh jawaban. Saat nenek itu memberi kotak itu dan alamat rumah Dera yang sekarang,Fino tidak langsung membukanya. Ia pamit kepada nenek itu dan pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah ia membuka kotak yang berdebu tebal,kotak itu terbungkus kotak kado yang berwarna pink kusam. Saat membuka kotak itu,Fino kaget dengan barang-barang itu. Tanpa basa-basi Fino langsung mencari kunci mobilnya,beranjak pergi dari rumah. Ia sekarang tahu,Dera kemana perginya.
Langkah Fino semakin cepat,ia pergi ke tujuan yang ia tahu itu adalah tempat Dera meletakkan curahan hatinya. Di taman kota,hari ini taman kota sepi. Hari senin kebanyakan orang-orang sibuk dengan pekerjaannya.
                                                *******
Dera mulai lelah karna mencuci baju,kini ia ingin merefleksikan diri. Ia berjalan ke taman kota,ia tidak peduli seberapa jauhnya taman itu. Ia ingin mati hari itu juga,karna ia sangat kecewa dengan teman masa kecilnya itu. Walau masih terasa rindu,ia tidak peduli.
“aku tau kamu kalo kecewa pasti kesini” suara Fino yang tiba-tiba mengagetkan Dera
“kenapa sih kamu ngikutin aku terus? Aku gak mau ketemu kamu,aku itu udah benci sama kamu. Ngerti!” bentak Dera
“Der,kenapa sih kamu tega sama aku?

bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar